Dokumentasi Mahasiswa UT Hong Kong Sebagai Petugas Paskibraka dalam HUT RI ke 79 di Wisma KJRI Hong Kong

Suasana khidmat mengiringi upacara pengibaran bendera dalam rangka peringatan HUT RI ke-79 di Wisma Indonesia, Hong Kong. Kibaran bendera merah putih di langit Hong Kong diiringi lagu Indonesia Raya yang bergema pada Sabtu pagi, 17 Agustus 2024.

Dua belas Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) yang merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Hong Kong, dan empat di antaranya adalah mahasiswa UT: Heni Novitasari (Program Studi Manajemen), Ana Vidiana (Program Studi PGSD), Afriani (Program Studi Ilmu Komunikasi), dan Hikmatus Solikhah (Program Studi Administrasi Bisnis). Mereka berhasil menjalankan tugasnya mengibarkan Bendera Merah Putih dengan membanggakan. Para Paskibra ini menjalani proses latihan secara intensif selama kurang lebih tiga bulan.

Upacara dipimpin oleh Konjen RI Hong Kong, Yul Edison, dan dihadiri oleh seluruh pegawai KJRI Hong Kong serta warga negara Indonesia (WNI) yang secara terbatas sengaja diundang untuk hadir mewakili berbagai organisasi masyarakat Indonesia yang ada di Hong Kong, seperti persatuan mahasiswa (PERMA) UT Hong Kong.

“Ini bentuk kebanggaan kami kepada para-PMI Hong Kong yang sangat aktif dan terus mengembangkan diri. Kemerdekaan ini menjadi momentum untuk mengisinya dengan karya-karya positif,” pesan Konjen.

Pekerja migran Indonesia di Hong Kong yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dihadapkan pada ironi. Di satu sisi, peran mereka diakui pemerintah setempat mendongkrak perekonomian. Tetapi di sisilain, mereka masih diberi upah di bawah standar. Pengakuan terhadap peran pekerja migran sendiri diungkapkan Konsul Jenderal RI untuk Hong Kong, Yul Edison, dalam rangkaian acara Wisuda UT di Hong Kong, beberapa waktu lalu. “Berkat pekerja migran Indonesia, keluarga-keluarga muda di Hong Kong bisa fokus bekerja. Peran mereka sangat diakui pemerintah Hong Kong,” lanjut dia.

Namun, ia mengakui pekerja migran di Hong Kong masih dibayar di bawah standar pengupahan setempat. Standar upah minimum Hong Kong berada di angka 16.000-dollar Hong Kong atau sekitar Rp 32 juta, sementara upah rata-rata yang diterima pekerja migran, yakni 5.000-dollar Hong Kong atau sekitar Rp 10 juta per bulan. Oleh sebab itu, demi peningkatan kesejahteraan mereka, pemerintah Indonesia berupaya terus menggenjot peningkatan kapasitas pekerja migran. Sejumlah bentuk peningkatan kapasitas terus dilakukan, seperti pelatihan bahasa asing dan membuka kesempatan pekerja migran untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi melalui kerja sama dengan Universitas Terbuka.

Dokumentasi Mahasiswa UT di Belanda mengikuti Upacara HUT RI ke – 79
dan setelah upacara selesai mempromosikan UT kepada WNI yang hadir.

Gema kemerdekaan Indonesia ke-79 yang melibatkan mahasiswa UT tidak hanya terasa di Hong Kong. Antusiasme mahasiswa UT yang bermukim di Belanda pun membuat perayaan 17 Agustus semakin meriah, meskipun mereka jauh dari tanah air.

Berbeda dengan di Hong Kong, Elly, mahasiswa UT Program Studi Ekonomi Pembangunan, mengabarkan banyak kegiatan dan perlombaan HUT RI di negeri kincir angin tersebut. Agustusan di luar negeri lebih mempererat sesama WNI yang sedang merantau, belajar, dan bekerja di luar negeri.

Perayaan hari kemerdekaan RI di luar negeri selalu ramai dihadiri WNI yang berdomisili di negara setempat. Selain mengenang jasa para pahlawan, perayaan hari kemerdekaan Indonesia dimanfaatkan untuk silaturahmi di antara sesama WNI.

“Hidup di negeri orang bukan berarti hilang semangat dan luntur untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Biasanya merayakan Hari Kemerdekaan di negeri orang malah bisa lebih khidmat. Bahkan saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, tak terasa air mata menetes karena rasa bangga dan rindu dengan Tanah Air,” lanjut Elly.

Dalam rangka memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan RI tahun 2024, mahasiswa UT yang berada di Belanda membuka stand untuk mempromosikan UT dengan cara membagikan brosur dan leaflet kepada WNI yang hadir di lokasi penyelenggaraan upacara bendera.

Kontributor: Pardamean Daulay