Pada hari Selasa, 20 Agustus 2024, Universitas Terbuka (UT) dan Badan Pelindung Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengadakan rapat melalui zoom meeting untuk membahas perpanjangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang telah berjalan sejak tahun 2021. Rapat ini dihadiri oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama BP2MI, Sri Andayani, S.P., M.M. (mewakili BP2MI), dan dari UT diwakili oleh Direktur UT LLN, Dr. Pardamean Daulay, S.Sos.,M.Si, Manajer Urusan Kontrak dan Advokasi pada Sekretaria Rektor dan Urusan Hukum, Nadia Nurani Isfarin, LL.M.
Pertemuan ini diawali dengan evaluasi terhadap perjanjian sebelumnya, yang dinilai masih relevan dan perlu diperbaharui untuk meningkatkan perlindungan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama BP2MI, Sri Andayani, menyampaikan apresiasi kepada UT atas kontribusi yang telah diberikan selama ini. “Sejak tahun 2015 hingga 2024, UT telah berhasil meluluskan 1.663 PMI menjadi sarjana. Kami berharap kerjasama ini dapat diperluas dengan melibatkan tri dharma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” ujar Sri Andayani. Ia juga menekankan pentingnya pemberdayaan bagi PMI dan Purna PMI, yang merupakan bagian dari tugas dan fungsi BP2MI.
Dr. Pardamean Daulay, S.Sos., M.Si, Direktur UT Layanan Luar Negeri (UT LLN), menyambut baik inisiatif BP2MI untuk melanjutkan dan memperluas kerjasama ini. “Peningkatan animo masyarakat, khususnya PMI, untuk melanjutkan pendidikan di UT terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tidak lepas dari upaya promosi yang gencar dilakukan oleh UT dan BP2MI, terutama melalui kegiatan Orientasi Pra Pemberangkatan (OPP). Sebagian besar mahasiswa baru UT memperoleh informasi tentang UT saat mengikuti OPP,” jelas Direktur UT LLN.
Melalui perpanjangan dan perluasan PKS ini, diharapkan lebih banyak lagi PMI yang akan mendapatkan akses pendidikan tinggi melalui UT sehingga pelindungan bagi PMI dapat terwujudkan dengan baik. Selain itu, para PMI tidak kalah bersaing dengan pekerja migran lainnya, seperti Philipina, karena pekerja migran Philipina dibekali keterampilan bahasa Inggris yang baik.
Kontributor : Pardamean Daulay & Irhas Nur Rosyad